RSS

peranan guru dalam pengembangan media pembelajaran


PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh: Kharisun Dhenok A.
Pada awalnya guru hanya menganggap media sebagai alat bentu mengajar (teching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, berupa gambar, model, objek, dan lainnya yang dapat memberikan pengalaman konkrit dan motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio sekitar abad ke-20, berupa alat bantu visual yang digunakan dan dilengkapi dengan alat audio yang kemudian dikenal debgan alat audio visual, mulai mempengaruhi penggunaan alat-alat dalam proses pembelajaran
Perkembangan teori belajar dan ilmu psikologi berimplikasi pula pada cara dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Banyak sekali diklat pemanfaatan teknologi pendidikan dilaksanakan baik oleh lembaga pendidikan maupun asosiasi pendidikan. Itu semua dalam rangka menyadarkan dan membekali guru kompetensi pedagogi yang pada gilirannya akan memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal. Meskipun guru sudah mengetahui akan pentingnya pemakaian atau pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, masih benyak yang engganmenggunakan media dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa alasan guru tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran yang dilakukan, antara lain menggnakan media repot, media itu canggih dan mahal, tidak bisa menggunakan media, anggapan bahwa media itu hiburan sedangkan belajar serius, tidak tersedia media, dan kebiasaan menikmati bicara saat mengajar.
Guru adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya menjalankan perannya sebagaipengajar, pendidik, pembimbing, mediator dan sebagainya.salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah penguasaan metodologi media pengajaran di sekolah untuk kepentingan anak didiknya sehingga memudahkan pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam kaitannya dengan penguasaan metodologi media ini, setiap pengajar akan berhadapan dengan lima tantangan, yaitu:
1.      Apakah pengajar memiliki pengetahuan dan pemahan yang cukup tentang media pengajaran?
2.      Apakah pengajar memiliki ketrampilan memilih dan cara menggunakan media dalam proses belajar mengajar?
3.      Apakah pengajar memilki kemampuan membuat sendiri media pengajaran yang dibutuhkan?
4.      Apakah pengajar mampu melakukan penilaian terhadap media yang akan atau telah digunakan?
5.      Apakah pengajar memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang administrasi media pengajaran?
Seperti kata Alfin Toffler, bahwa abad ini adalah abad informasi. Media sebagai alat penyalur informasi sudah memasuki lembaga pendidikan sejak pertengahan abad ini. Pemanfaatan media tersebut telah diupayakan oleh setiap lembaga pendidikan melalui penataran dan pelatihan. Berdasarlan hal tersebut ada tiga tipe guru dalam kaitannya dengan media, yaitu:
1.    Guru yang hanya tahu akan nama-nama media
2.    Guru mengetahui nama-nama media, kegunaanmedia, dan alasan mengapa media itu digunakan
3.    Guru yang mengetahu nama-nama media, kegunaan, alasan, dan trampil dalam menggunakan media. Hal ini dapat ditempuh dengan syarat guru harus tahu spesifikasi alat/media pengajaran, bersikap modern dan inovatif kreatif, dan dapat menempatkan dirinya sebagai siswa yang belajar.
Setiap pengajar dituntut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, meliputi:
1.    Media sebagai alat komunikasi yang dapat digunakan untuk lebih mengefektifkan proses belajar.
2.    Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan
3.    Situasi proses belajar
4.    Hubungan antara metode dan media pembelajaran
5.    Nilai atau manfaat media pembelajaran dalam pendidikan
6.    Memilih dan menggunakan media pembelajaran
7.    Berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran
8.    Usaha inovasi media pembelajaran, dll
Selain itu, guru harus memiliki pula kemampuan untuk memehami jenis media dan sumber belajar, yaitu:
1.         Mengenal, memilih, dan menggunakn media serta sumber belajar secara tepat,
2.         Membuat alat-alat bantu pembelajaran sederhana
3.         Menggunakan alat-alat konvensional untuk media pembelajaran
4.         Menggunakan, mengelola, dan mengembangkan laboratorium sebagai media pembelajaran
5.         Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran
6.         Menggunakan mecro-teeching dalam program pengalaman lapangan
7.         Menggunakan fenomena ala dan realitas lingkungan sebagai media pembelajaran
8.         Perilaku dan penampilan yang baik di depan kelas sebagai media pembelajaran

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN


Klasifikasi Media Pembelajaran Dalam Pendidikan
 Oleh: Devi Media Ningrum
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam(recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjadi 8 kategori:
Ï media audio visual gerak,
Ï media audio visual diam,
Ï media audio semi gerak,
Ï media visual gerak,
Ï media visual diam,
Ï media semi gerak,
Ï media audio,
Ï media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyusun suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pengelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya.
Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput media.
Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok:
1) media hasil teknologi cetak,
2) media hasil teknologi audio-visual,
3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan
4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
 
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi media yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS